di Propinsi Aceh yang dilewati konvoi referendum yang baru pulang dari
Banda Aceh mengikuti Sidang Umum Majelis Perjuangan Referendum
(SU-MPR).
Berbagai makanan dan minuman yang sudah disiapkan di pinggir jalan
diberikan kepada penumpang kendaraan secara cuma-cuma. Rakyat yang
berdiri di sepanjang jalan, sambil menggemakan yel referendum, juga
menyalami anggota konvoi, layaknya menyambut pahlawan yang baru pulang
dari medan juang.
Dari Bireuen dan Matanggeulumpang Dua, sejak rombongan pawai
referendum dari Aceh Timur dan Aceh Utara memasuki kota Bireuen dan
Matanggeulumpangdua, masyarakat terus berjejer di jalan yang dilalui
rombongan tersebut.
Yel-yel "Hidup Referendum" maupun "Aceh Merdeka" terdengar tidak
putus-putusnya yang saling bersahutan antara peserta pawai dan
masyarakat setempat. Kemeriahan di Bireuen dan Matang tak kalah dengan
di Banda Aceh. Kalau di ibukota propinsi ada hampir dua juta massa,
maka di Bireuen dan Matang mencapai ratusan ribu orang.
Kehadiran rombongan Aceh Timur mempunyai arti tersendiri bagi warga
Bireuen, karena sejak keberangkatan ke Banda Aceh, Minggu (7/11)
diklaim sebagai rombongan terbesar. "Aceh Timur memang fantastis,"
sebut seorang warga Bireuen.
Masyarakat Bireuen meluapkan kegembiraannya dengan membagi-bagikan
minuman mineral, keripik. Di Matanggeulumpangdua, rombongan
mendapatkan pisang dari para pemuda setempat, sebagai ungkapan
kebersamaan dalam perjuangan.
Masyarakat yang tidak kenal lelah tidak henti-hentinya menyalami
anggota rombongan. Sehingga setiap kendaraan yang melintasi kota
tersebut, memperlambat kendaraan untuk memberikan ucapan selamat
kepada peserta pawai, yang seakan-akan baru saja memenangkan
peperangan. Rombongan pun begitu gembira memasuki ke dua kota
tersebut, bahkan bersedia berbasah-basahan dengan siraman air dari
pemadam di Bireuen.
Di Lhokseumawe dan Panton Labu, sambutan warga tak kalah gemanya.
Ratusan ribu orang berjejer di pinggir jalan menyambut konvoi. Warga
Panton Labu menyambut peserta dengan memberikan makanan dan minuman
yang langsung dilemparkan ke kendaraan. Jeruk bali, pisang salee,
pisang, tebu, dan berbagai minuman ringan diberikan secara cuma-cuma.
Suasana kemeriahan juga terlihat di sepanjang jalan Aceh Timur. Konvoi
kendaraan yang masih cukup panjang, menjelang magrib kemarin sudah
memasuki kota Peureulak, sekitar 40 km sebelah barat Langsa.
Dari Pidie juga dilaporkan masyarakat setempat sangat antusias
menyambut kedatangan rombongan. Ratusan ribu warga yang kebanyakan
wanita, orang tua, dan anak-anak meninggalkan desa khusus untuk
memberikan aplus kepada konvoi referendum.
Dipeusijuek
Massa dari Aceh Barat, Aceh Selatan, dan Aceh Singkil, sejak petang
sudah tiba kembali di Meulaboh. Mereka disambut meriah oleh masyarakat
di sepanjang lintasan Meulaboh - Banda Aceh dan Meulaboh Tapaktuan.
Konvoi massa yang datang bergelombang itu, mulai memasuki Kota
Meulaboh sekitar pukul 17.00 WIB.
Seluruh rambongan yang berasal dari Aceh Barat, Aceh Singkil, Aceh
Selatan setiba di kawasan Titi Mirik --menjelang masuk kota
Meulaboh -- berhenti sejenak untuk mengambil minuman dan makanan
ringan yang disediakan Pemda Aceh Barat. Rombongan kemudian kembali
melanjutkan perjalanan ke daerahnya masing-masing.
Ketua DPRD Aceh Barat Drs Sofyan S Sawang kepada Serambi mengatakan,
berdasarkan laporan yang dia terima seluruh rambongan Aceh Barat sudah
tiba kembali ke daerahnya dengan selamat Minggu petang dan mendapat
sambutan meriah dari masyarakat. Malah, rambongan pawai referendum
dari Seunagan Raya setiba di kawasan Simpang Peut Kuala dipeusijuk
oleh masyarakat setempat.
Sementara di Aceh Selatan, sepanjang hari kemarin sampai tadi malam
lumpuh total. Bukan hanya itu, semua aktivitas masyarakat di wilayah
Blangpidie terhenti, kantor-kantor pemerintah ditutup dan sekolah
diliburkan, kalaupun ada murid yang datang, lalu disuruh pulang.
Kondisi tersebut merupakan penghormatan masyarakat terhadap warga yang
memperjuangkan referendum di Banda Aceh. (tim)
Sumber:Serambi-Banda Aceh
![]() |
No one dare to deny what Acehnese demand. Honestly and with courage they will say "REFERENDUM: The Best Solution For Aceh", so does this red words state in the banner. |